Limapuluh kota,- SUMBAR INVESTIGASI.COM – “Malang tak dapek ditolak, mujua tak dapek diraih” sebuah Keluarga kecil dan miskin jauh dari pantauan perangkat nagari sitempat,prihalnya ditemukan sebuah gubuk yang telah 10 tahun mereka tempati Tampa MCK dan lantai beralaskan tanah serta dinding dari seulas papan reot menghiasi potret kemiskinan di kabupaten 50 kota Sumatra Barat,Jumat (20/1/2022).
Bersama awak media serta Aktivis kemanusiaan luak 50 dan Ketua Organisasi PEKAT IB SUHAYONO yang akrap disebut “Ujang,mendatangi rumah tersebut,sangat miris dan prihatin kondisi rumah yang mereka tempati.Diketahui keluarga tersebut pasangan Riswandi (41 tahun) dan Sri Rahayu Asnita, warga Kampung jorong Banjar Sari Nagari Labuah Gunuang Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluhkota. Riswandi dan Sri Rahayu Asnita bersama ketiga anaknya yang masih kecil terpaksa harus tinggal bersama dalam gubuk reyot seukuran kamar yang sempit, kumuh, bocor dan reyot.
Sang ayah menuturkan kepada kami setelah bertemu,”Anak-anak saya kasihan, kalau mereka mau tidur, belajar susah karena tempatnya segini,” kata Wandi dengan nada suara yang lemah serta raut wajah yang sedih. Lanjutnya sehari-hari kerja Wandi bertani dan serabutan namun lebih kurang lima (5) tahun sewaktu dia mencari kayu kehutan, terjadilah musibah yang menyebabkan kakinya patah. Dan sampai dengan saat ini kakinya tersebut belum sembuh dan tahap pengobatan karna mengalami patah,Wandi harus mengobati seadanya karna biaya buat operasi disaat tidak mereka miliki.wandi berjalan masih harus hati menggunakan tongkat pemberian orang untuk menopangnya berjalan disaat itu.
Setelah mengalami kecelakaan tersebut, pencahariannya tertumpu kepada istrinya yang juga buruh tani, dimana jika ada masyarakat memanggilnya untuk bekerja disawah atau ladang, maka ada pemasukan untuk biaya berlima beranak, namun jika tak kerja, dengan sendirinya mereka tidak bisa membeli perbekalan untuk makan sehari-harinya,”Cukup sedih sekali kehidupan kami pak jawabnya.
Keluarga ini harus bertahan hidup di gubuk berukuran 3×5 yang berdiri dilahan yang diberikan oleh orangtuanya lebih kurang 15 tahun lamanya.seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama Anto, pernah menceritakan keadaan keluarga ini memang minim perhatian dari Pemerintah,”Ujarnya.
Rumah kecil itu berdinding sibiran papan, atapnya bocor, sehingga ditutupi dengan terpal berwarna biru.Mereka hanya punya satu buah lampu teplok atau lampu minyak tanah untuk penerangan dimalam harinya,Bahkan mereka tidak punya kamar mandi.”Mirisnya lagi mereka pun harus tinggal bersama lima ekor ayam piaraan mereka di dalam rumah itu, serta dapur bersebelahan dengan tempat duduk seharian yang biasa dipakai buat makan bersama anak anaknya.
” Ya, keadaanlah yang memaksa mereka untuk bertahan di rumah tak layak huni ini. Meski sudah lama tinggal di gubuk itu, Wandi mengaku baru PKH yang mereka dapatkan dari pemerintah,”Tuturnya.
Wandi berharap pemerintah membangun rumahnya dengan program RTLH ( Rumah Tak Layak Huni ),itu harapan terbesar buat keluarganya dan masa depan anak anaknya,” Ucapnya.
Disampaikannya juga bahwa dia sudah beberapakali mengurus tentang bantuan rehap rumah ke perangkat walinagari cuman walinagari berjanji akan berusaha membantu keluarga ini,namun sampai saat ini belum ada kepastian untuk keluarga kami,”Ujarnya.
Suharyono ( Ujang ) yang merupakan ketua Ormas Pekat IB Kabupaten Limapuluhkota yang melihat kondisi Wandi bersama dengan aktivis kemanusiaan luak50 bersama Arul serta beberapa para awak media merasa sangat prihatin akan Keluarga ini.Dengan melihat fenomena kehidupan yang dialami Riswandi ini, Ketua Ormas Pekat IB dan aktivis sosial Arul berharap ada kebijakan serta bantuan kedepan oleh pemerintahan Kabupaten Limapuluhkota,”Ujar Suharyono dipenutup.(*)