Limapuluh Kota (Halaban ),SUMBARINVESTIGASI.COM – Seperti inilah foto jalan Payakumbuh — Lintau (tepatnya di Halaban) dari dulu hingga sekarang.Kepedulian orang nomor satu disumbar terhadap wilayah kabupaten 50 kota ini jauh dari harapan,karna ini telah dilayangkan perangkat dari setingkat camat,walinagari serta masyarakat pada umumnya telah menyuarakan akan perbaikan jauh sebelumnya.Para anggota DPRD Kabupaten lima puluh kotapun juga tidak berusaha memperjuangkan jalan provinsi ini.
Tampak pinggiran Foto sebelah kanan dipotret pada tahun 1938 pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Meski belum diaspal namun jalannya sangat rata dan tidak berlobang. Karena memang di zaman itu, Halaban sebagai pusat sentral perkebunan teh yang besar di sepanjang kaki dan pundak Gunung Sago. Luasnya lebih dari 1000 hektar. Foto ini koleksi Reinhard di Museum Belanda,Pungkas Feni Efendi seorang pengamat sosial dan pengamat memori kolektif budaya alam minang kabau.
Adapun foto sebelah kiri dipotret pada 1 Maret 2022. Foto itu koleksi Indra Sakti Rajo Tuo. Terlihat genangan lumpur dengan sebuah truk di jalan yang berlobang itu. Begitulah potret Halaban zaman saisuak dan hari ini kita turunkan,”Ujar pengamat budaya ini.
“Saya merasa perihatin akan kondisi jalan provinsi ini,mgkin sudah belasan awak media mencoba untuk mempublikasikan akan jalan penghubung dua daerah ini yang rusak parah,namun sampai saat ini upaya tersebut sia sia rasa tidak ada bertuan dinegeri ini.
Masyarakat lareh sago halaban menghimbau kepada para anggota legislatif atau DPRD kabupaten Limapuluh Kota untuk serius mendengarkan aspirasi masyarakat dibawah akan suara masyarakat yang sering sekali mereka suarakan,”Ujar salah satu tokoh masyarakat lareh,yang tidak mau disebutkan namanya.(*)
Feni Efendi, pencatat memori kolektif.