PADANG,Sumbar Investigasi.com – Saya sangat marah ketika mendapat laporan dari adik – adik saya di Tabuik Diving Club – Pariaman bahwa taman mangrove yang kami pelihara dan jaga selama ini dirusak orang untuk dibuat jalan atas inisiatif dari legislatif setempat untuk dibuat jalan.
Setelah mendapat informasi yang lengkap saya langsung menelpon walikotanya untuk mengkomfirmasikan hal tersebut. Dan alhamdulillah walikota langsung meresponnya dengan baik ” Ya pak Ridwan saya baru dapat informasi semalam dan saya sudah suruh hentikan proyek tersebut!”Pungkasnya.
Mendengar hal ini membuat saya lega. Dan beliaupun mau ketika saya minta untuk membahas hal ini secara langsung disalah satu tv lokal dan menegaskan proyek tersebut dibatalkan. Sayapun mengajak perwakilan dari TDC dan sekjen dari Green Tourism Institute untuk talk show bersama.Memberi Warna buat Pariaman.
Saya cukup sedih melihat Pariaman. Daerah yang kaya akan seni budaya dan keindahan alamnya tapi tidak berhasil membawa kunjungan wisatawan dunia kecuali lokal.
Dan semenjak kehadiran Konservasi Penyu diPariaman saya mulai memberikan perhatian khusus buat Pariaman. Sekaligus ingin membantu eksistensi dari konservasi tersebut.
Saya mulai melakukan Green Action dengan aktifitas Marine Conservation program dengan komunitas yang ada disana yaitu Tabuik Diving Club
Program Memandikan Penyu
Salah satu program yang langsung melejit yang berhasil mendatangkan tamu yang cukup banyak pada saat itu adalah Memandikan Penyu. Program ini saya adopsi dari konservasi gajah di Tangkahan Kabupaten Langkat Sumut yang akhirnya bisa membawa tamu yg cukup banyak dan pendapatan income yang luar biasa buat konservasi tersebut.
Ide saya untuk konservasi tersebut dalam program ” Memandikan Gajah ” bisa dijual Rp. 250.000 / orangnya. Dan justru membuat ringan kerja orang yang kerja dikonservasi tersebut karena sebelumnya yang memandikan gajah mereka.
Selain itu saya dan TDC juga mengajak setiap tamu kami untuk ikut penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang.Kawasan yang dulu gersang sekarang menjadi rindang,”tuturnya keawak media.
Lahan mangrove di Desa Apar ini luasnya lebih kurang 10 hektar. Kawasan ini terletak di dua desa (Desa Apar dan Desa Ampalu). Statusnya tanah ulayat nagari yang kepemilikannya meliputi 4 desa (Desa Apar, Desa Mangguang, Desa Ampalu dan Desa Tanjuang Saba).
Penguasaan lahan berada di bawah wewenang Kerapatan Adat Nagari (KAN). Tapi, dalam praktek di lapangan, ada beberapa masyarakat juga mengklaim itu lahan milik mereka,”Ulasnya.
Lahan ini meliputi pantai, hutan pinus, talao (talago), kawasan mangrove dan ada konservasi penyu. Lahan berbatas dengan laut, sungai Muaro Mangguang, areal persawahan dan pemukiman warga. Kawasan mangrove ini di bawah tahun 2010, kondisinya sangat kritis akibat ditebangi oleh warga sekitar.
Batang mangrove diambil untuk kayu bakar dan kayu bangunan. Program rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak lama oleh pemerintah. Areal banyak ditanami bibit mangrove. Namun bibit dan areal tak dipelihara dengan baik.
Pada tahun 2010 saya menantang TDC bagaimana menyulap kawasan mangrove yang kritis ini menjadi kawasan wisata edukasi konservasi mangrove yang belakangan kami namai Pariaman Mangrove Edupark.
Berbagai pendekatan kami lakukan kepada pemilik lahan dan semua pihak, termasuk kepada warga sekitar. Yang menggerakkan adalah adik2 anggota TDC yang kebetulan warga nagari setempat.
Sejak adanya pelaksanaan paket wisata edukasi konservasi tersebut dan didukung oleh seluruh elemen masyarakat setempat, proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan mangrove lebih masif dilakukan.
Penanaman bibit mangrove dilaksanakan hampir tiap pekan dengan melibatkan berbagai kelompok wisatawan maupun anak2 sekolah yang kebetulan berkunjung le konservasi penyu dan berkegiatan di kawasan mangrove
Bibit yang ditanam dijaga dan dirawat. Monitoring dilaksanakan secara berkala. Pendataan juga terus dilakukan. Semua melibatkan adik2 anggota TDC yang sebagian besar anak2 muda kampung nelayan. Mereka berpartisipasi sambil belajar.
Beberapa tahun setelah itu, bibit yang ditanam tumbuh bagus. Kawasan ini berubah total menjadi areal tanaman mangrove yang hijau dan lumayan luas. Sementara upaya penanaman di lahan-lahan potensial masih terus dilakukan melalui program edukasi.
Lahan yang dulu kritis, berubah jadi hijau. Beberapa habitat/biota kawasan mangrove yang dulu sempat tak ditemukan lagj di kawasan ini, setelah mangrove tumbuh bagus, habitat itu muncul kembali, termasuk habitat burung.
Sembari terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada tamu wisatawan yang datang ke konservasi penyu, kepada masyarakat sekitar akan arti penting kawasan mangrove, supaya pohon dalam areal mangrove tak lagi ditebangi kami juga terus mengajak anak2 muda sekitar kawasan bergabung melaksanakan misi penyelamatan mangrove Apar ini.
Alhamdulillah seiring perjalanan waktu, semakin banyak adik2 pemuda warga desa sekitar kawasan yang mau bergabung dengan TDC, ikut dalam gerakan2 penyelamatan mangrove, konservasi penyu dan juga terumbu karang.
Adik2 pemuda kampung nelayan ini diikutkan berbagai pelatihan. Mulai dari pelatihan dan sertifikasi selam, pelatihan dan sertifikasi pengelola kawasan konservasi, termasuk pelatihan di bidang pariwisata. Sebagian dari mereka kini bekerja di Konservasi Penyu Pariaman milik DKP Provinsi Sumbar yang dulu di bawah Pemko Pariaman.
TDC is a green warrior and Green Friend of Indonesia
Panjang cerita suka duka yang dilalui TDC dalam upaya menyelamatkan kawasan mangrove Apar yang sedikit ini. Singkatnya, apa yang diupayakan bertahap membuahkan hasil. Misi penyelamatan sudah mulai tampak. Perubahan kawasan sangat siknifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dari dulu kritis, kini sebagian sudah hijau.
Yang membanggakan, dari kawasan mangrove Apar yang sedikit ini, telah banyak sarjana yang dilahirkan. Kawasan ini sampai sekarang menjadi pusat studi bagi mahasiswa dari berbagai kampus di Sumbar, luar Sumbar bahkan mahasiswa dari luar negeri.
Niat besar kami bersama TDC bekerjasama bagaimana menjadikan kawasan mangrove Apar dan perkampungan nelayan di sekitarnya sebagai destinasi wisata konservasi/ramah lingkungan yang berbasis sosiokultur masyarakat pesisir (Community Based Tourism).
Visi misi TDC yang konsist di konservasi pesisir sangat klop dengan misi Green Tourism Institute yakni ‘Protect the culture, Protect the nature, Empowering and Bring Benefit for Local People and Support Conservation’.
Alhamdulillah sekarang saya sangat bangga dengan mereka atas segala perjuangan saudara – saudara saya di TDC yang luar biasa yang akhirnya bisa mewujudkan. Mereka akhirnya sudah mempunyai taman mangrove yang indah..dan juga taman bawah laut yang indah…yang lebih luar biasa lagi mereka telah melahirkan banyak sarjana.
Dan alhamdulillah dari awal kami disana saya tidak pernah menggunakan dana pemerintah !
Dan alhamdulillah pemerintah sudah mulai memberikan apresiasi. Minimal dengan memberikan penghargaan Kalpataru.
Penulis : KD