Sumbar Investigasi. Com. Batipuh. Namanya Abdul Hafiz, belum genap 10 tahun. Usia yang seharusnya sangat menikmati hari-hari ceria dimasa usia dini.
Melalui telpon genggam bersama awak media Sumbar intivestigasi dengan salah satu warga menyatakan putra malang ini ini hanya terbaring lemah, lumpuh tak berdaya. Sungguh penyakit apa yang diderita bocah malang ini. Bahkan untuk sekedar mengangkat gelas air minumnya dia harus dibantu ibu dan dua saudarinya.
Bergerak atau pindah tempat, Hafiz harus digendong ibunya. Misalnya bangun tidur atau ke kamar mandi. “Sejak kecil kondisinya memang sudah lemah, tapi sejak enam bulan terakhir dia memang tidak bisa apa-apa lagi.”ujar sang ibu, Deswita, kepada kami Sumbar Investigasi melalui telepon gengamnya, Selasa sore.
Hafiz yang sebelumnya masih bisa sekolah, sekarang sedang kelas dua SD, karena kondisinya yang makin lemah, membuat kepala sekolah menyarankan Hafiz untuk istirahat saja dirumah dan tak usah sekolah dulu “ujarnya”
Perjuangan hidup sang ibu, perempuan 38 tahun itu memang mengundang rasa kasihan dan simpati. Ibu separuh baya ini hanya bekerja sebagai buruh tani. Ita yang biasa dipanggil, perempuan malang ini selalu tegar merawat sibuah hati namun tetap tegar jadi orang tua tunggal bagi tiga anaknya, karena suaminya meninggalkannya saat Hafiz berumur 4 tahun dan tak pernah pulang sampai sekarang.
Menurut sang ibu , sang suami yang diharapkan tempat bergantung, ternyata pergi untuk beristri lagi,”ujar ibu malang ini sambil berkata berkaca kaca menuturkan kehidupan yang beliau rasakan, Namun Ita tak menyesali, yang dia pikirkan bagaimana anak-anaknya bisa makan, bersekolah, dan si bungsu Hafiz bisa sembuh dari penyakitnya. Pemerintah harus ikut memikirkan bagaimana anak anak serta keluarganya bisa diperhatikan
Wanita malang ini harus banting tulang akan memperjuangkan nasib anak anaknya kedepan seorang diri. Dengan tubuh tipisnya itu, Ita pergi berkuli ke ladang orang.
Jorong Haru tempat dia tinggal Kanagarian Bungo Tanjung, Kec.Batipuh, dia pergi berkuli tani ke Paninjauan, X Koto. Beruntung masih ada motor tua yang bisa beliau bawa untuk pergi bekerja dengan jarak sejauh itu. Dengan upah hanya Rp80 Ribu sehari, Ita menghidupi anak-anaknya,sungguh besar perjuangan seorang ibu ini dengan ditinggal suami serta anaknya yang lagi sakit.
“Tapi kalau kakak-kakak Hafiz sekolah, saya juga tidak bisa bekerja. Dengan siapa Hafiz ditinggalkan. Kakaknya sekolah tiga hari seminggu, tiga hari pula saya tak bisa bekerja.”lirih Ita, yang kini tinggal di rumah tua peninggalan neneknya yang terpencil di Nagari Bungo Tanjuang.
Kalau usaha Ita untuk mengobati Hafiz, memang sudah sebatas usahanya sebagai seorang ibu. Untuk pengobatan tradisional sudah tak terhitung tempat yang didatanginya.
Jika mendengar ada tempat yang bagus berobat, dengan segala cara dan upaya dia pergi. Tapi sang anak tetap belum ada tanda-tanda membaik. “Malah sekarang, punggungnya menjadi bungkuk, duduk pun tak bisa lagi dengan pantatnya, tapi pakai pinggul.”
Pernah pula Hafiz dibawa sekali ke RSUD Padang Panjang, tapi oleh pihak RS dirujuk ke RS M. Jamil Padang. Dia hanya terperangah, sang Dokter mengatakan biaya sekali berobat ke RS M. Jamil sekurangnya Rp1,5 juta. Dengan apa akan dihadang uang sebanyak itu.
“Sejak itu saya tak pernah lagi membawa ke rumah sakit. Kartu KIS yang saya punya menurut dokter di RSUD Padang Panjang tidak bisa digunakan.”ujarnya lirih, dan sampai sekarang dia tak tahu apa sebenarnya jenis penyakit anaknya.
“Sekarang Hafiz saya bawa berobat ke Nagari Jaho, diberi obat berupa minyak dan sereh yang ditumbuk. Tapi belum ada angsuran.”lanjutnya.
Ita, sekarang hanya bisa pasrah. Hanya bisa berharap dan berdoa, anak bujang satu-satunya yang diharapkan menjadi tumpuan keluarga di masa depan itu bisa sehat kembali. “Setidaknya untuk dirinya sendiri,”gumam Ita, menahan butiran bening di pelupuk matanya.
Semoga tergeraklah hati ibu dan bapak untuk membantunya, keluarga kecil ini terutama perhatian dari aparat pemerintah setempat Wali Nagari beserta perangkat setempat. (Arul)